Kamis, 18 Maret 2010

Mengenal Pribadi Fatimah Az Zahra

MENGENAL PRIBADI FATIMAH AZ ZAHRA
Riwayat yang masyhur menyebutkan bahwa Fatimah Zahra AS, hanya sempat mengenyam kehidupan yang singkat. Beliau wafat pada usia yang sangat belia, 18 tahun. Meski singkat, kehidupan beliau banyak mengandung pelajaran berharga. Kehidupan putri Rasul ini, laksana permata indah yang memancarkan cahaya. Pada kesempatan ini, kami ingin mengajak Anda untuk melihat sekelumit dari kepribadian beliau yang agung, untuk dijadikan pedoman, khususnya bagi kaum perempuan.Baca selanjutnya

Tak diragukan lagi, sebagian besar problem dan masalah yang dihadapi umat manusia adalah karena kelalaiannya akan hakikat wujud kemanusiaannya, sehingga dia terjebak dalam tipuan dunia. Sebaliknya, manusia bisa mendekatkan diri kepada Tuhan saat dia mengenal dirinya dan mengetahui tugas yang harus ia lakukan dan pertanggungjawabkan kepada Allah, Sang Pencipta alam kehidupan.

Fatimah Zahra AS, adalah seorang figur yang unggul dalam keutamaan ini. Dalam doanya, beliau sering berucap, “Ya Allah, kecilkanlah jiwaku di mataku dan tampakkanlah keagungan-Mu kepadaku. Ya Allah, sibukkanlah aku dengan tugas yang aku pikul saat Engkau menciptakanku, dan jangan Engkau sibukkan aku dengan hal-hal yang lain.”

Keikhlasan dalam beramal adalah jembatan menuju keselamatan dan keberuntungan. Manusia yang memiliki jiwa keikhlasan akan terbebas dari seluruh belenggu hawa nafsu dan akan sampai ke tahap penghambaan murni. Keikhlasan akan memberikan keindahan, kebaikan, dan kejujuran kepada seseorang. Contoh terbaik dalam hal ini dapat ditemukan pada pribadi agung Fatimah Zahra AS. Seseorang pernah bertanya kepada Imam Mahdi AS, “Siapakah di antara putri-putri Nabi yang lebih utama dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi?” Beliau menjawab, “Fatimah.” Dia bertanya lagi, “Bagaimana Anda menyebut Fatimah sebagai yang lebih utama padahal beliau hanya hidup singkat dan tidak lama bersama Nabi?” Beliau menjawab, “Allah memberikan keutamaan dan kemuliaan ini kepada Fatimah karena keikhlasan dan ketulusan hatinya.”

Sayyidah Fatimah dalam munajatnya sering mengungkapkan kata-kata demikian, “Ya Allah, aku bersumpah dengan ilmu ghaib yang Engkau miliki dan kemampuan penciptaan-Mu. Berilah aku keikhlasan. Aku ingin aku tetap tunduk dan menghamba kepada-Mu di kala senang dan susah. Saat kemiskinan mengusikku atau kekayaan datang kepadaku, aku tetap berharap kepada-Mu. Hanya dari-Mu aku memohon kenikmatan tak berujung dan kelapangan pandangan yang tak berakhir dengan kegelapan. Ya Allah, hiasilah aku dengan iman dan masukkanlah aku ke dalam golongan mereka yang mendapatkan petunjuk.”

Kecintaan Fatimah AS kepada Tuhan disebut oleh Rasulullah sebagai buah dari keimanannya yang tulus. Beliau bersabda, “Keimanan kepada Allah telah merasuk ke kalbu Fatimah sedemikian dalam, sehingga membuatnya tenggelam dalam ibadah dan melupakan segalanya.”

Manusia yang mengenal Tuhannya akan menghiasi perilaku dan tutur katanya dengan akhlak yang terpuji. Asma’, salah seorang wanita yang dekat dengan Sayyidah Fatimah AS mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seorangpun wanita yang lebih santun dari Fatimah. Fatimah belajar kesantunan dari Dzat yang Mahabenar. Hanya orang yang terdidik dengan tuntunan Ilahi-lah yang bisa memiliki perilaku dan kesantunan yang suci. Ketika Allah swt melalui firman-Nya memerintahkan umat untuk tidak memanggil Rasul dengan namanya, Fatimah lantas memanggil ayahnya dengan sebutan Rasulullah. Kepadanya Nabi bersabda, “Fatimah, ayat suci ini tidak mencakup dirimu.” Dalam kehidupan rumah tangganya, putri Nabi ini selalu menjaga etika dan akhlak. Kehidupan Ali dan Fatimah yang saling menjaga kesantunan ini layak menjadi teladan bagi semua.

Kasih sayang dan kelemah-lembutan Fatimah AS diakui oleh semua orang yang hidup sezaman dengannya. Dalam sejarah disebutkan bahwa kaum fakir miskin dan mereka yang memiliki hajat, akan datang ke rumah Fatimah ketika semua jalan yang bisa diharapkan membantu mengatasi persoalan mereka telah tertutup. Fatimah tidak pernah menolak permintaan mereka, padahal kehidupannya sendiri serba berkekurangan.

Poin penting lain yang dapat dipelajari dari kehidupan dan kepribadian penghulu wanita sejagat ini adalah sikap tanggap dan peduli yang ditunjukkan beliau terhadap masalah rumah tangga, pendidikan dan masalah sosial. Banyak yang berprasangka bahwa keimanan dan penghambaan yang tulus kepada Allah akan menghalangi orang untuk berkecimpung dalam urusan dunia. Kehidupan Sayyidah Fatimah Zahra AS mengajarkan kepada semua orang akan hal yang berbeda dengan anggapan itu. Dunia di mata beliau adalah tempat kehidupan, meski demikian hal itu tidak berarti harus dikesampingkan. Beliau menegaskan bahwa dunia laksana anak tangga untuk menuju ke puncak kesempurnaan, dengan syarat hati tidak tertawan oleh tipuannya. Fatimah AS berkata, “Ya Allah, perbaikilah duniaku bergantungnya kehidupanku. Perbaikilah kondisi akhiratku, karena ke sanalah aku akan kembali. Panjangkanlah umurku selagi aku masih bisa berharap kebaikan dan berkah dari dunia ini…”

Detik-detik akhir kehidupannya telah tiba. Duka dan derita terasa amat berat untuk dipikul oleh putri tercinta Nabi ini. Meski demikian, dengan lemah lembut Fatimah bersimpuh di hadapan Sang Maha Pencipta mengadukan keadaannya. Asma berkata, “Saya menyaksikan saat itu Fatimah AS mengangkat tangannya dan berdoa, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan perantara kemuliaan Nabi dan kecintaannya kepadaku. Aku memohon kepada-Mu dengan nama Ali dan kesedihannya atas kepergianku. Aku memohon kepada-Mu dengan perantara Hasan dan Husein serta derita mereka yang aku rasakan. Aku memohon kepada-Mu atas nama putri-putriku dan kesedihan mereka. Aku memohon, kasihilah umat ayahku yang berdosa. Ampunilah dosa-dosa mereka. Masukkanlah mereka ke dalam surga-Mu. Sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha Pengasih dari semua pengasih.”

Sebelum ajal datang menjemputnya, Fatimah Zahra AS menghadap kiblat setelah sebelumnya berwudhu. Beliau mengangkat tangan dan berdoa, “Ya Allah, jadikanlah kematian bagai kekasih yang aku nantikan. Ya Allah, curahkanlah rahmat dan inayah-Mu kepadaku. Tempatkanlah ruhku di tengah arwah orang-orang yang suci dan jasadku di sisi jasad-jasad mulia. Ya Allah, masukkanlah amalanku ke dalam amalan-amalan yang Engkau terima.”

Tanggal 3 Jumadi Tsani tahun 11 Hijriyyah, Fatimah Zahra putri kesayangan Nabi menutup mata untuk selamanya. Beliau wafat meninggalkan pelajaran-pelajaran yang berharga bagi kemanusiaan. Hari ini, kami mengucapkan belasungkawa kepada para pecinta keluarga suci Rasul.

Rasul pernah menyifati putrinya, Fatimah AS dengan sabdanya, “Allah telah memenuhi hati dan seluruh anggota tubuh Fatimah dengan keimanan dan keyakinan.” Kepada putrinya itu, beliau pernah bersabda, “Fatimah, Allah telah memilihmu dan menghiasimu dengan makrifat dan pengetahuan. Dia juga telah membersihkanmu dan memuliakanmu di atas wanita seluruh jagat.“

Kecintaan Rasulullah SAW kepada Fatimah Zahra AS merupakan satu hal khusus yang layak untuk dipelajari dari kehidupan beliau. Di saat bangsa Arab menganggap anak perempuan sebagai pembawa sial dan kehinaan, Rasul memuliakan dan menghormati putrinya sedemikian besar. Selain itu, Rasulullah SAW biasa memuji seseorang yang memiliki keutamaan. Dengan kata lain, pujian Rasul kepada Fatimah adalah karena beliau menyaksikan kemuliaan pada diri putrinya itu. Nabi SAW tahu akan apa yang bakal terjadi sepeninggalnya kelak. Karena itu, sejak dini beliau telah mengenalkan kemuliaan dan keagungan Fatimah kepada umatnya, supaya kelak mereka tidak bisa beralasan tidak mengenal keutamaan penghulu wanita sejagat itu.

Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Rasul, “Mengapa Anda tidak memperlakukan anak-anak Anda yang lain seperti Fatimah?” Rasul menjawab, “Engkau tidak mengenal Fatimah. Aku mencium bau surga pada diri Fatimah. Engkau tidak tahu bahwa keredhaan Allah ada pada keredhaan Fatimah dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan Fatimah.”

Kesempurnaan manusia tidak mengenal jenis jantina. Kesempurnaan itu adalah sebuah anugerah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya untuk dapat mengenal dirinya lebih dalam. Fatimah adalah contoh nyata dari sebuah kesempurnaan. Dengan mengikuti dan meneladaninya, kesuksesan dan kebahagiaan hakiki yang menghantarkan kepada kesempurnaan akan bisa digapai. Fatimah adalah wanita yang banyak menimba ilmu, makrifat dan hikmah hakiki. Keluasan ilmunya tampak sekali dalam khotbah yang beliau sampaikan di masjid Nabi, di hadapan para sahabat.

Dalam khotbah itu, Fatimah AS menjelaskan bahwa satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri dan masyarakat adalah dengan memegang teguh agama dan patuh kepada perintah Allah. Beliau yang mengetahui psikologi masyarakatnya menerangkan berbagai kekurangan yang ada di tengah mereka. Dalam khotbah itu, Fatimah AS membawakan berbagai ayat suci Al-Qur’an dan menjelaskan tafsirannya. Peristiwa yang terjadi di masa lalu, sejarah umat-umat terdahulu yang layak dijadikan pelajaran dan bahan peringatan, diungkapkannya. Dalam khotbah tersebut Fatimah sebagai seorang hamba yang saleh dan arif yang hakiki, menjelaskan kecintaannya kepada Sang Maha Pencipta.

Fatimah Zahra AS, adalah wanita yang mengenal betul kondisi di tengah masyarakat. Beliau sadar akan adanya makar dan tipu daya musuh-musuh Islam. Hal itulah yang kemudian beliau ungkapkan dalam khotbahnya. Singkatnya, Fatimah AS sebagai seorang yang mengetahui seluk beluk politik dan sadar akan kondisi di zamannya, menerangkan kepada semua orang bahwa Islam adalah agama terakhir Tuhan dan syariat yang paling sempurna. Beliau juga menjelaskan bahwa satu-satunya jalan keselamatan adalah dengan mengikuti jejak Ahlul Bait AS.

Berikut ini adalah sekelumit dari khotbah Sayyidah Fatimah Zahra AS di masjid Nabi. “Rasulullah diutus saat seluruh bangsa terpecah-pecah. Mereka menyembah berhala. Meski mengenal Tuhan, mereka mengingkarinya. Dengan perantara Muhammad, Allah menyingkap tabir syirik dan kekafiran. Dia membersihkan kotoran dari hati, dan Dia berikan cahaya di mata. Muhammad dengan cahaya petunjuk bangkit di tengah umat untuk menyelamatkan mereka dari kesesatan dan mengeluarkan mereka dari kegelapan ke cahaya benderang. Dia menggiring umat ke arah agama yang kuat dan mengajak mereka kepada kebenaran.

Selasa, 16 Maret 2010

Kemanakah Arah kiblat kita

KEMANAKAH ARAH KIBLAT KITA ?

Akhir-akhir ini banyak ummat Islam yang ingin mencari kebenaran,namun banyak pula yang mengalami kebingungan,sebab masing-masing aliran mengaku bahwa golongannyalah yang paling benar,dengan bersandar pada sebuah hadis: “Ummatku akan pecah menjadi 73 golongan,semuanya dineraka kecuali hanya satu golongan saja yang selamat.” Masing-masing aliran mengaku golongannyalah yang selamat itu.Akan tetapi bila mereka ditanya :“Apakah 72 golongan yang lain itu pasti masuk neraka..? ” mereka tidak berani memutuskannya.Dan bila mereka ditanya : “Mengapa umat Islam bergolong-golongan..? ” Mereka akan menjawab dengan Hadis yang lain yaitu : “Perbedaan pendapat diantara ummatku adalah Rakhmat” Disinilah terjadi keganjilan dimana Hadis yang satu berbunyi: “ hanya satu yang selamat.” Dan Hadis yang lain berbunyi: “Perbedaan itu adalah Rakhmat” Sedangkan ummat Islam ini bergolong-golongan disebabkan dari sangat banyaknya perbedaan.Dan arti dari Hadis diatas bahwa: Bila ummat Islam jadi satu pendapat,maka akan menyebabkan turunnya adzab,sebab lawan dari Rakhmat itu adalah adzab. Mungkinkah hal itu demikian…? Hadis diatas perlu diteliti ke Shahihannya atau mungkin bukan demikian maksudnya,karena kita saja mempunyai peribahasa: “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.”Dan kebiasan diantara kita,bila terjadi beda pendapat,kita pasti segera mengadakan musyawarah untuk mufakat agar tidak berlarut-larut yang pada akhirnya terjadi sepakat untuk sependapat.
Kenyataan yang ada,ummat Islam dari dulu tidak pernah satu pendapat, malah ada yang beranggapan bahwa pendapat Ulama yang berbeda pendapat itu semuanya dibenarkan. Mungkinkah pendapat yang bertentangan itu dapat dibenarkan semua..?
bukankah benar itu hanya satu saja..? Mengapa ummat Islam lebih cenderung bergolong-golongan sehingga menimbulkan perpecahan dan perselisihan ? karena ada sebuah hadis yang ditinggalkan yaitu yang diriwayatkan oleh ath-Thabarani dan dikutip oleh Ibnu Hajar ketika menafsirkan ayat Ash-Shaffat: 24 dan dalam riwayat yang Shahih. “Sesungguhnya aku tinggalkan padamu dua perkara yang dapat mencegahmu dari kesesatan jika kamu mengikuti keduanya yaitu:KITAB ALLAH & AHLUL BAITKU,sesungguhnya akan aku tanyakan kepada keduanya tentang hal itu.Maka janganlah kamu mendahuluinya agar kamu tidak celaka,serta jangan mengajari mereka,sebab mereka Ahlul Baitku lebih mengerti dari kamu.”
Dan dalam Ash-Shawaiq halaman 150 mengutip sebuah Hadis: “Peliharalah aku dengan memelihara hak-hak Ahlul Baitku.”
Allah SWT dan Rasul-Nya menganjurkan persatuan dan melarang perpecahan,sebagaimana didalm Firman-Nya: “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datangnya keterangan yang jelas kepada mereka.Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.”
QS.Al-Imran 105.Bila kita menyimak akan maksud ayat diatas yaitu: “orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datangnya keterangan yang jelas kepada mereka..” Keterangan yang jelas inilah yang belum dimengerti oleh ummat hingga menimbulkan: orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih.. dan berakhir dengan fatal yaitu kelanjutan ayat tersebut. “Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.”
Untuk mengetahui kebenaran harus bersyarat dengan dalil Agli(akal) dan dalil Nagli(Alqur’an dan Hadits). Kedua dalil ini merupakan satu kesatuan yang tak mungkin dipisahkan,dan terjebak oleh bias-bias akalnya sendiri dan akan bertentangan dengan sebuah Hadis: “Agama itu adalah akal dan tidak akan memahami Agama bagi orang yang tidak berakal.” Dan Allah SWT mengancam orang-orang yang tidak mau menggunakan akalnya. “dan Allah akan menimpakan Kemurkaan-Nya kepada orang-orang yang tidak mau menggunakan akalnya.”QS.10:100.Alqur’a
n adalah dalil Nagli yang merupakan sebuah standar kesucian dan merupakan tolak ukur kebenaran.
Alqur’an adalah Kalam Allah yang suci dan sudah pasti bahwa Alqur’an yang suci itu diserahkan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang telah disucikan oleh Allah SWT,seperti Ahlul Bait Rasulullah,jadi Alqur’an tidak munglin diserahkan kepada orang-orang yang tidak suci,sebab hanya akal fikiran yang suci saja yang dapat menampung dan memahami arti kesucian dari Alqur’an walaupun itu sahabat Nabi SAW.Untuk lebih jelasnya marilah kita simak Firman-Nya :
“Sesungguhnya Alqur’an adalah bacaan yang sangat mulia.Pada Kitab yang terpelihara.Tidak akan dapat memahaminya isi kandungan Alqur’an secara menyeluruh,kecuali orang-orang yang disucikan.”Al-Waqi’ah;77-7
8-79.
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu hai Ahlul Bait dan menyucikan kamu sesuci-sucinya.”Al-Ahzab;3
3.
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian denagan Tali Allah dan janganlah bercerai berai.”
“Hai orang-orang yang beriman,taatilah Allah dan taatilah Rasul dan Uli Amri diantara kamu.”

Allah Maha Suci, Nabi Muhammad adalah orang Suci yang membawa Agama Islam yang suci dan penerus Risalahnya yaitu Uli Amri adalah Ahlul Bait yg disucikan oleh Allah SWT.
Sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sahabat Zaid bin Arqam,Hadis ini juga terdapat didalam Kitab Riyadhush Shalihin sbb: Suatu hari Rasulullah SAW berpidato dihadapan kami didekat danau yang bernama Khum,yang terletak diantara Mekkah dan Madinah. Setelah beliau memuji Allah,beliau mulai menasehati kami dengan bersabda: “Wahai manusia..! Aku tak ubahnya seorang manusia juga,mungkin utusan Tuhanku akn segera datang memanggilku( Malaikat Izra’il).
Ketahuilah bahwa aku meninggalkan kepada kalian dua pusaka berharga yaitu :
Kitab Allah(Alqur’an) yang mengandung cahaya dan bimbingan, maka ambillah Kitab Allah itu dan berpeganglah padanya, dan Ahlul Baitku, aku memperingatkan kepada kalian tentang Ahlul Baitku.” 3X. Perawi Hadis bertanya kepada Zaid bin Arqam : Apakah istri-istri Nabi juga termasuk Ahlul Baitnya..? Sahabat Zaid bin Arqam menjawab: “Tidak..! Demi Allah..! seorang istri, hidup bersama suaminya untuk beberapa waktu saja, dan ketika dicerai ia kembali kepada kaumnya sendiri.”
Menurut Alqur’an akal dapat dijadikan sebagai dalil. Dengan kata lain, akal adalah Anugrah Ilahi yang luar biasa,karena dengan akal manusia dapat dibedakan dengan makhluk lain. Akal juga merupakan alat yang dapat membedakan kebenaran dan kebatilan.
Ada 5 faktor yang disebut didalam Alqur’an yang dapat memperbesar kesalahan kerja akal dalam menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain, bila salah satu dari 5 faktor ini dijalankan, maka hasil pemikiran akal tersebut tidak akan benar, antara lain:
1. Karena lebih mengutamakan dugaan dari pada kepastian. Maksudnya, akal digunakan hanya untuk menduga-duga, bahkan hasil dugaannya lebih diutamakan dari pada kepastian sebagaimana Firman-Nya dalam Surat Al-An’am: 116. “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.Mereka tidak lain hanyalah berdusta.”
“ Janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui, sesungguhnya pendengaran , penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabnya.”S.Al-Isra’: 36.
2. Karena mengikuti jejak nenek moyang, lalu menerima segala yang klasik(cerita lama) tanpa disertai pembuktian. Artinya, menerima begitu saja akan apa yang diterangkan oleh nenek moyangnya tanpa diteliti lebih dahulu kebenarannya. Sebagaimana Firman-Nya didalm Surah Al-Baqarah: 170. “Dan bila dikatakan kepada mereka, ikutilah apa yang diterangkan oleh Allah, mereka menjawab: Tidak, tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.(apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak mendapat petunjuk..?.”
3. Karena mengikuti dorongan hawa nafsu/kepentingan-kepentin
gan pribadi. Artinya,
Pertimbangan bahwa hawa nafsu dan kepentingan pribadinya lebih didahulukan daripada kebenaran pemikirannya. Sebagaimana Firman-Nya dalam Surat An-Najm:23 “Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapakmu mengadakannya, Allah tidak menurunkan sesuatu keteranganpun untuk menyembahnya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka.”
4.Karena terpengaruh oleh figure-figur atau tokoh-tokoh tertentu tanpa pembuktian kepada figure/tokoh tersebut.. Artinya, pemikirannya terpengaruh oleh pendapat-pendapat seorang tokoh/figur tertentu tanpa diteliti terlebih dahulu, apakah figur/tokoh tersebut bisa dipercaya atau tidak..? sebagaimana Firman-Nya dalam Surat Al-Ahzab:67..
“ Dan mereka berkata: “Ya..Tuhan kami, Sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami,lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar.”
5.Karena ketergesa-gesaan dalam membenarkan atau mengingkari sesuatu tanpa terlebih dahulu dibuktikan, apakah itu benar atau salah. Jadi, bila kita salah menggunakan akal seperti salah satu dari 5 faktor diatas, apalagi semuanya, maka pasti kita akan gagal untuk menemukan kebenaran. Artinya akal digunakan dengan tergesa-gesa untuk menyimpulkan sesuatu kebenaran, padahal belum dibuktikan kebenarannya, Jadi,bila kita salah menggunakan akal seperti salah satu dari 5 faktor diatas, apalagi semuanya, maka pasti kita akan gagal untuk menemukan kebenaran.
Hasil pemikiran manusia yang tidak mendahului kebenaran dan tidak pula membelakangi kebenarab. Yang dimaksud dengan mendahului kebenaran ialah: Apabila seorang pemikir telah menyimpulkan kebenaran sesuatu, padahal ia belum sampai kepada titik kesimpulan yang sesungguhnya. Maka hasil pemikiran seperti itu, tidak dapat dijadikan dalil dan belum bisa dikatakan sebagai pemikiran yang benar.
Untuk memahami kedudukan orang-orang suci, kita perlu membuat perbandingan dengan, suatu missal Pemimpin Negara Kita. Dalam teks Proklamasi: Negara Republik Indonesia. Merah Putih bendera Negara. Lagu Kebangsaan: Indonesia Raya. Bahasa Nasional: Bahasa Indonesia. Negara: Pancasila. Perselisihan dalam memahami maksud dari Pancasila sering terjadi sejak orde lama hingga orde baru., sebab semua parpol memahami maksud dari Pancasila menurut versinya masing-masing.Kemudian Presiden Soeharto membentuk Team Sebelas dan lahirlah Tap MPR No.II/78 mengenai buku petunjuk cara memahami maksud dari Pancasila tersebut. Buku P4 – Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
Kemudian Presiden Soeharto melantik dan menugaskan oran-orang yang disebut Manggala-Manggala BP-7 tersebut. Keterangan dari selain Para Manggala BP-7 tidak disahkan.
Hasilnya hingga saat ini tidak ada lagi perselisihan mengenai maksud dari Pancasila tersebut, sebab:
1. Sudah ada Pancasilanya.
2. Sudah ada buku Pedomannya.
3. Sudah ada Para Manggala BP-7nya, sebagai penerang dan penjabar akan maksud dari Pancasila bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kesimpulannya: “ Presiden Soeharto selaku Pemimpin Negara memiliki kewaspadaan Nasional yang tinggi dalam memimpin Bangsa dan Negara ini, agar peristiwa-peristiwa masa lampau yang banyak menelan korban tidak terulang kembali.”
Suatu missal lain bila Seorang Insinyur Jepang menciptakan mobil bermesin TOYOTA, sudah pasti sang Insinyur mengeluarkan buku petunjuk cara memakai atau menjalankan mobil tersebut, hingga cara merawat dan memperbaiki mesinnya. Dan tentunya telah disiapkan pula tenaga-tenaga ahlinya guna menjelaskan kepada siapa saja yang membutuhkan mobil TOYOTA itu. Dan selama sang Insinyur Jepang tersebut menghendaki perusahaannya berlanjut terus, maka dengan pasti telah dipersiapkan regenerasi pimpinannya dan tenaga ahlinya.
Bagaimana seandainya, mesin mobil dan buku petunjuknya itu dipegang oleh orang yang bukan ahlinya..? kemudian diterangkan kepada siapa saja yang membutuhkan mobil tsb ? apa yang bakal terjadi? Maka dapat dipastikan bahwa mesin mobil tersebut akan jadi rusak, walaupun orang yang menerangkan sangat pandai berbahasa Jepang, apalagi bila orang tersebut tidak pandai berbahasa Jepang, tentu malah akan lebih cepat rusaknya.
Dengan kedua contoh diatas dapat ditarik kesimpulan : Apakah mungkin Allah SWT akan membiarkan bumi serta isinya tanpa seorang pemimpin yang dikendaki-Nya ? Atau mungkinkah Rasulullah SAW sebagai manusia yang paling Agung dan paling Suci, Penghulu Para Nabi dan Para Rasul, yang memiliki rasa kasih sayang yang begitu besar kepada ummatnya dan yang bersedia mengorbankan diri demi ummatnya, kok tidak mempunyai kewaspadaan Nasional untuk menyelamatkan ummatnya dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang akan menafsirkan Alqur’an menurut kehendaknya masing-masing dan dari perselisihan, dari permusuhan serta dari fitnah diantara ummat sepeniggal Beliau SAW..?
Mustahil Rasulullah tidak memiliki kewaspadaan Nasional, pasti dan sangat pasti Rasulullah memiliki kewaspadaan Nasional dan bahkan Internasional,dunia akherat.
Demi Allah beliau telah mempersiapkan penerusnya yaitu Imam Ali bin Abi Thalib,salah satu dari Ahlul Bait. Ana bawakan 3 Hadis saja, dan salah satu saja yang dipilih sudah memadai bahwa Imam Ali sebagai pengganti Rasulullah SAW sbb:
“ Kedudukan Ali disisiku bagaikan kedudukan Harun disisi Musa akan tetapi tidak ada Nabi lagi setelahku.”
“ Mencintai Ali pertanda mukmin dan membencinya pertanda munafiq.”
“ Aku kotanya Ilmu dan Ali pintunya, barang siapa yang menginginkan ilmu-ilmuku dan hikmahnya, maka akan aku berikan melalui pintunya.”
Bagaimana dengan mesin raksasa yang berupa langit dan bumi Ciptaan Allah SWT ini..?
Tentunya Allah selalu menyiapkan atau memperbaharui tenaga-tenaga ahli-Nya, bila tenaga ahlinya yang pertama wafat, bahkan sebelumnya Allah SWT telah mempersiapkan-Nya untuk memimpin dunia ini yang dapat menerangkan buku petunjuknya yaitu Alqur’an. Bayangkan bila langit dan bumi serta isinya ini dipimpin oleh orang-orang yang bukan ahlinya..? dan Kitab Suci Alqur’an itu diterangkan atau dijabarkan oleh orang-orang yang bukan ahlinya..? lalu apa yang bakal terjadi..? Kita pasti yakin dunia ini akan rusak berat dan begitu juga bila Alqur’an diterangkan atau dijabarkan oleh orang-orang yang bukan ahlinya, maka pengertiannya dan pemahamannya tidak karu-karuan, walaupun orang itu sangat pandai berbahasa Arab, apalagi yang tidak mengerti bahasa Arab, akibatnya menimbulkan perpecahan dan perselisihan diantara ummat Islam itu sendiri. Jadi sudah pasti bahwa Allah SWT tak akan membiarkan buminya dan isinya ini tanpa khalifah atau Ulil Amri pilihanNya sampai hari kiamat nanti. Dan antara Ahlus Sunnah dan Syi’ah sama-sama meyakini bahwa Khalifah atau Ulil Amri di akhir zaman nanti yaitu Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu oleh ummat Islam. Dan apabila hal itu kehendak Allah SWT maka sudah pasti diberitakan oleh Rasulullah SAW baik langsung kepada ummat ataupun melalui wasiat, sebab masalah penentuan Ulil Amri ini amatlah penting, sedangkan pertanda orang yang bertakwa apabila beliau hendak wafat diwajibkan untuk meninggalkan wasiat, lalu bagaimana bila Rasulullah SAW dikatakan wafat tanpa berwasiat akn Ulil Amri ? Ana akhiri dengan kalam Imam Ali Kw: “Jika orang tinggi mencapai pengertian, ia akan rendah hati dan jika orang rendah mencapai pengertian, ia akan tinggal hati.”..Dan selanjutnya terserah antum.

Minggu, 14 Maret 2010

cerita singkat


sel tumbuhan

Sel tumbuhan adalah bagian terkecil dari setiap organ tumbuhan. Sel tumbuhan adalah penggerak dari suatu tumbuhan itu sendiri. Sel tumbuhan cukup berbeda dengan sel organisme eukariotik lainnya. Fitur-fitur berbeda tersebut meliputi: